Jumat, 18 Februari 2011

Kliring

KLIRING

Kliring disini sebenarnya merupakan transaksi lalu lintas pembayaran yang dimaksudkan untuk memudahkan penyelesaian hutang-piutang antar bank yang timbul dari transaksi giral. Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta kliring melalui perantara bank Indonesia sebagai lembaga kliring.

Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat berharga dari suatu bank lainnya dengan maksud agar penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dam memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

Lalu lintas pembayaran giral ini adalah suatu proses kegiatan bayar-membayar dengan warkat kliring, yang dilakukan degan cara saling memperhitungkan diantara bank-bank, baik atas beban maupun nasabah bersangkutan.

Likuiditas Bank

Definisi,Fungsi Resiko Likuiditas Bank

Secara umum, definisi likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.
Pada kali ini kita akan mempelajari tentang likuiditas bank secara umumnya, dimana fungsi dari likuiditas secara umum untuk :
1) Menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari;
2) Mengatasi kebutuhan dana yang mendesak;
3) Memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan;
4) Memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek.
Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan
Dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio reliabilitas.
Apabila bank tidak mampu memenuhi kebutuhan dana dengan segera untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari maupun guna memenuhi kebutuhan dana yang mendesak maka muncullah “resiko likuiditas“.
Definisi Resiko Likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. Besar kecilnya risiko likuiditas ditentukan antara lain:
a) Kecermatan dalam perencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana, termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana;
b) Ketepatan dalam mengatur struktur dana termasuk kecukupan dana-dana non PLS;
c) Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas; dan
d) Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender of last resort.
Apabila kesenjangan tersebut cukup besar maka akan menurunkan kemampuan Bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas, maka diperlukan manajemen likuiditas, yang mana pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan liabilitas.
Untuk mengatasi dan mengantisipasi terjadinya Risiko Likuiditas, aktivitas Manajemen Risiko yang umumnya ditetapkan oleh Bank antara lain adalah:
a) Melaksanakan monitoring secara harian atas besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah baik berupa penarikan melalui kliring maupun penarikan tunai.
b) Melaksanakan monitoring secara harian atas semua dana masuk baik melalui incoming transfer maupun setoran tunai nasabah.
c) Membuat analisa sensitivitas likuiditas Bank terhadap skenario penarikan dana berdasarkan pengalaman masa lalu atas penarikan dana bersih terbesar yang pernah terjadi dan membandingkannya dengan penarikan dana bersih rata-rata saat ini. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat ketahanan likuiditas Bank.
d) Selanjutnya Bank menetapkan secondary reserve untuk menjaga posisi likuiditas Bank, antara lain menempatkan kelebihan dana ke dalam instrumen keuangan yang likuid.
e) Menetapkan kebijakan Cash Holding Limit pada kantor-kantor cabang Bank. Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usahanya dan meningkatkan/menurunkan sumber dana tertentu.

Oleh karena itu bank wajib menyediakan likuiditas tersebut dengan cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas tersebut terlalu kecil maka akan mengganggu kegiatan operasional bank, namun demikian likuiditas juga tidak boleh terlalu besar, karena apabila jumlah likuiditas terlalu besar maka akan menurunkan efisiensi bank sehingga berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas.

Senin, 14 Februari 2011

MUNCULNYA JAMUR MASA PEMANASAN GLOBAL

Pendahuluan
Fenomena pergantian panas ke hujan dalam waktu yang begitu singkat perlu dicermati. Pada musim hujan sering disinyalir kelembapan diluar maupun di dalam lingkungan kandang cukup tinggi. Sehingga dikuatirkan terjadinya pertumbuhan jamur terutama pada pakan yang disimpan pada tempat-tempat yang lembab. Dari kejauhan terlihat sepasang muda mudi berhenti di bawah pokok pohon yang berdaun lebat. Keringat membasahi sekujur tubuh mereka, dan ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan. “Cuaca hari ini cukup panas,” kata si pemuda sambil melap keringat yang hampir masuk ke dalam matanya.
Tidak berapa lama, awan hitam disertai angin kencang bertiup, meliukkan dahan-dahan pepohonan dan menerbangkan daun-daun pohon yang menguning. “Hujan,” kata gadis manis yang berdiri disampingnya. Sepenggal cerita ini memberikan gambaran pada kita, betapa cepatnya perubahan cuaca yang terjadi di bumi kita saat ini.
Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global, bahwa cuaca merupakan rata-rata kondisi atmosfer disuatu tempat tertentu dengan waktu yang relative singkat. Kondisi seperti ini dicermati oleh para ahli sebagai hal yang luar biasa, kemungkinan ada hubungannya dengan pemanasan global. Global warming atau pemanasan global merupakan salah satu isu yang sangat penting di seluruh dunia saat ini, selain terorisme. Para kepala negara di seluruh dunia selalu menyempatkan diri membahas isu ini pada momen-momen pertemuan tingkat regional maupun internasional. Begitu pentingnya isu ini, baru-baru ini panitia pemberi Nobel, The Norwegian Nobel Committee menganugerahkan Nobel Perdamaian kepada mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Albert Arnold (Al) Gore Jr, dan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atas usahanya untuk membangun dan menyebarkan pengetahuan tentang global warming pada masyarakat dunia. Global warming merupakan istilah yang menunjukkan peningkatan suhu rata-rata udara permukaan bumi dan lautan pada dekade terakhir dan peningkatan suhu ini masih akan terus berlangsung. Suhu udara rata-rata permukaan bumi meningkat 0.74° ± 0.18° C dalam 100 tahun terakhir. Sedangkan IPCC memprediksi bahwa suhu global cenderung meningkat sebesar 1.1° sampai 6.4° C antara tahun 1990 dan 2100. Peningkatan suhu bumi sebenarnya dapat terjadi secara alami, namun penyebab utama global warming ini adalah tingginya level greenhouse gasesI (LGG), terutama CO2 dan metan di atmosfer akibat aktivitas manusia, seperti tingginya laju pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan fungsi lahan terutama deforestasi.

MUNCULNYA JAMUR MASA PEMANASAN GLOBAL
“Fenomena pergantian panas ke hujan dalam waktu yang begitu singkat perlu dicermati,” jelas drh Iwan Sahrial MSi pada Kru Infovet di Gedung Pasca Sarjana Sain Veteriner Universitas Gadja Mada Yogyakarta. Menurutnya musim hujan merupakan petaka bagi peternak karena pada musim ini disinyalir kelembaban udara di luar maupun di dalam lingkungan kandang cukup tinggi, sehingga dikuatirkan terjadinya pertumbuhan jamur terutama pada pakan yang disimpan pada tempat-tempat yang lembab. “Dalam jumlah sedikit, kehadiran jamur sukar dideteksi oleh peternak, namun pada populasi yang cukup banyak, jamur bisa membahayakan baik bagi ternaknya maupun bagi konsumen produk asal ternak tersebut,” jelas kandidat Doktor Sain Veteriner UGM Yogyakarta ini. Sementara itu pada kondisi cuaca yang tidak menentu, di mana hujan turun secara tiba-tiba dengan kedatangan panas yang juga secara tiba-tiba, menyebabkan kondisi lingkungan kandang lembab, terutama pada tempat-tempat dengan penumpukan barang-barang bekas di sekitar lingkungan kandang. Salah satu yang perlu diawasi peternak terkait hal ini adalah tempat penyimpanan pakan.
Hal ini disampaikan drh Ade Rukmantara Technical Service produk obat hewan yang berkantor di PT Primatama Karya Persada Pekanbaru Riau. Menurutnya tempat pakan dengan tingkat kelembaban yang tinggi merupakan awal petaka munculnya serangan jamur pada unggas.
Mengapa demikian? Dikatakan Ade, kebiasaan jamur adalah hidup pada tempat-tempat yang lembab dengan sedikit atau tanpa adanya sinar matahari, kemudian jamur mengkontaminasi bahan pakan atau pakan yang sudah jadi. Peternak yang kurang mengerti dengan kondisi ini akan memberikan pakan yang sudah terkontaminasi jamur pada ayam sehat. Kemudian, pada kondisi di mana jamur bisa hidup aman dalam tubuh ternak dan memenangkan pertarungannya melawan antibody dalam tubuh ternak, maka jamur dengan leluasa menyerang organ-organ vital ternak, serangan ini berakhir dengan kematian. Untuk itu, peternak harus tanggap dalam menyikapi perubahan cuaca, dimana pada saat musim hujan gudang tempat penyimpanan pakan perlu diawasi kemungkinan adanya atap bocor atau tempias yang berpotensi menimbulkan kelembaban pada bahan baku pakan atau pakan jadi. Demikian Drh Ade Rukmantara alumni FKH UGM.
Senada dengan Ade, Hanggono SPt Technical Service PT Medion wilayah Palembang juga memberikan rambu-rambu yang harus diterapkan peternak terutama untuk pemeliharaan ayam di akhir musim kemarau dan diawal musim hujan.
“Biasanya saya selalu menekankan pada peternak agar melakukan pengecekkan pada atap kandang, saluran air disekitar lingkungan kandang, selokan-selokan air yang potensial bagi bibit penyakit untuk tumbuh dan berkembang biak dan yang terpenting adalah menerapkan manajemen pada semua lini yang ada,” ujarnya. (Daman Suska)

Penutup
Demikian artikel yang saya buat semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat untuk semuanya. Apabila ada kesalahan dalam penulisan artikel ini saya minta maaf karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Terimakasih.