Lima Kebohongan Wanita Tentang Uang Pada Dirinya Sendiri
1. "Tagihan bukan kewajiban saya."
Saya sangat akrab dengan kebohongan ini. Ketika resesi mulai
mencengkeram, saya dan suami saya, Dan, menganggur selama lebih dari
sembilan bulan sebelum memutuskan kembali bersekolah.
Pada saat
itu kami telah memiliki anak pertama, dan gabungn antara resesi serta
menjadi ibu yang terjadi cukup cepat membuat saya kewalahan. Suatu
malam, ketika anak saya berusia dua pekan, saya berkata kepada Dan,
"Saya tidak bisa mengurus tagihan lagi. Hal itu harus menjadi tugasmu.”
Meskipun
Dan mengambil alih dengan penuh percaya diri, kami segera menyadari
bahwa sebuah masalah berat tidak bisa dibebankan begitu saja ke atas
pundak seseorang. Kami perlu memikirkannya bersama-sama serta menyusun
strategi. Dengan begitu, masalah di hadapan akan terasa lebih ringan.
2. "Jika saya membungkus makanan, saya dapat memakannya malam ini dan
setengah pada esok hari — dua kali makan untuk satu porsi, benar-benar
menghemat uang dan waktu."
Saya sangat menyukai ide brilian ini karena saya tidak bisa menghitung
berapa kali saya berpikir bahwa itu "patut dicoba" untuk membeli kopi
atau makanan ringan ketika saya bisa dengan mudahnya memasukkan sisa
kopi pagi ke dalam termos, mengambil apel dan menempatkan beberapa iris
keju ke dalam wadah makanan.
Tetapi sayangnya, tidak ada minuman
atau makanan olahan yang lebih murah daripada buatan sendiri, tidak
peduli berapa lama waktu yang Anda hemat, tidak peduli bagaimana Anda
mengiris dan membagi-baginya.
3. "Mengambil uang di ATM bersama memang kena biaya tambahn, tapi nggak
apa-apa deh daripada membuang waktu mencari ATM bank sendiri."
Mari kita berhitung. Misalkan dalam sehari ada 30 orang yang mengambil
ATM dengan biaya tambahan Rp 5000 untuk setiap penarikan. Total biaya
tambahan yang dikeruk ATM itu dalam sebulan adalah Rp 4,5 juta sendiri.
Dalam
setahun? Rp 54 juta. Itu baru dari satu ATM. Di saat satu pihak
kehilangan uang, pihak lain menangguk keuntungan. Lebih baik berjalan
ekstra lima menit untuk mencari ATM bank sendiri.
4. "Saya akan memakainya selamanya..."
Saya bertemu seorang wanita yang sedang berada di taman bacaan beberapa
bulan lalu, yang menceritakan kepada saya sebuah kisah yang benar-benar
membekas: Dia mengatakan bahwa ketika resesi dimulai, selama enam bulan
dia tidak akan berbelanja apa pun kecuali sudah benar-benar penting.
Dia
akan mencoba menemukan pengganti semuanya yang dia "butuhkan" dengan
barang bekas yang sudah dimilikinya atau dia tidak menggunakan sama
sekali. Sesuatu yang benar-benar mengejutkan terjadi: Setiap kali dia
berpikir bahwa dia "membutuhkan" sesuatu, dia langsung turun ke ruang
bawah tanahnya — dan ia akan menemukan sesuatu barang yang masih layak,
tersimpan dengan baik.
Kita sering menipu diri kita dengan
membeli sesuatu dengan mengatakan "Saya akan memakai ini atau
menggunakan ini selamanya," tapi kita lupa untuk melihat di sekitar kita
untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki sesuatu yang sama yang
mungkin masih berfungsi sama baiknya.
5. "Ini baik untuk pernikahan saya atau anak-anak saya."
Saya sebenarnya merasa simpati ketika saya mendengar kebohongan ini
karena saya mengerti kita semua ingin membuat pasangan kita atau
anak-anak bahagia. Namun kenyataannya jika Anda tidak mampu membelinya,
Anda benar-benar tidak mampu membelinya.
Saya mengerti Anda
perlu sedikit liburan, dan begitu juga keluarga Anda. Jadi, inilah yang
saya sarankan: Matikan telepon seluler Anda pada hari Sabtu dan pergilah
ke sebuah taman di dekat kediaman Anda. Bawalah perangkat untuk piknik
dari rumah dan beberapa buku, selembar selimut, layang-layang, beberapa
sarung tangan dan bola.
Itu adalah liburan yang layak didapatkan semua orang — semua orang mampu melakukan hal itu.
Oleh: Caitlin Shetterly
Tidak ada komentar:
Posting Komentar